Sejarah

LERO

Sejarah

Desa Lero adalah
sebuah daerah tanjung di depan Parepare yang dpisahkan oleh Laut Teluk Pare
yang masuk dalam Wilayah Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang, dimana dahulunya
merupakan tempat persinggahan baik bagi para Pelaut maupun para Pedagang yang
hendak menuju daerah lain.



Daerah ini
mulanya dikembangkan oleh seorang nakhoda Kapal yang juga seorang  pedagang yang bernama La Bora ( Ibrahim )
atau yang lebih dikenal dengan nama Ana’korayang berasal dari Daerah tanah
Mandar Ba’babulo Wilayah Kabupaten Majene Propinsi Sulawesi Barat  yakni tepatnya pada sekitar Tahun
1903 La Bora transit di
Ammani ( sekarang Wilayah Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang untuk
melanjutkan perjalanan menelusuri daerah pesisir pantai diselat Makassar sambil
menjajakan  barang dagangannya beliau
bertemu dengan Penguasa dari Gowa Sombae RiGowa yang ingin diantar kepelabuhan
Paotere Makassar akhirnya La Bora dengan senang hatibersedia mengantar Sombae
Ri Gowa ketempat yang dimaksud.



Sesampainya di
Pelabuhan Paotere Makassar Sombae Ri Gowa tersebut hendak memberi  imbalan Jasa Berupa Uang akan tetapi La Bora
menolak dengan alasan dia ikhlas mengantar Sang penguasa tanpa mengharapkan
Imbalan dan  Sombae Ri Gowa menanyakan
keinginan apa yang dikehendaki La Bora. Akhirnya La Bora menceritakan bahwa
sewaktu dalam perjalanan mengantar Sombae Ri Gowa dia sempat melihat sebuah
daerah Tanjung diseberang Pare-pare dan dia berniat untuk berkebun disitu maka
La Bora pun memohon supaya Sombae Ri Gowa memberi ijin kepadanya untuk tinggal
dan menetap disitu.



Akhirnya Sombae
Ri Gowa menulis Surat yang ditujukan kepada Penguasa Kerajaan Suppa dalam hal
ini Datu’  Suppa sebagai Penguasa Wilayah
dimana  Lero termasuk dalam wilayah
Kekuasaannya. Surat tersebut dibawa dan diantar langsung oleh La Bora kepada
Datu’ Suppa  dan kemudian Sang Datu’
Suppa merestui sehingga La Bora kembali ke tanah Mandar dan mengajak
Keluarganya untuk menetap di Lero dankeluarganyapun betah tinggal di Lero yang
akhirnya diikuti oleh orang-orang atau keluarga lain yang juga berasal dari
Daerah Mandar.



Kedatangan para
Penduduk dari Daerah Mandar tersebut didorong oleh 2 ( Dua)  Faktor penyebab yakni ada yang datang dengan
sukarela atau semata-mata untuk mencari nafkah dan ada juga yang datang (
hijrah ) karena ditanah kampung halaman mereka Tanah Mandar para Penjajah  membakar perkampungannya bahkan secara tragis
ada keluarga mereka disiksa dan menjadi korban oleh para penjajah.



Lambat laun
setelah penduduk berdatangan di Lero dan jumlahnya semakin bertambah maka
terbentuklah suatu kelompok masyarakat yang disebut Kampung dan dikoordinir
oleh seorang Kepala Kampung  dan dalam
perkembangannya tepatnya pada Tahun 1965 Lero berubah menjadi Desa yang
dikoordinir oleh seorang Kepala Desa.



Adapun Susunan
Kepala Kampung dan Kepala Desa yang mengkoordinir Lero dari awal sampai
sekarang sbb:



 



 



 



1.     Kepala Kampung



-       
Ibrahim
( Labora )



-       
Andi
Palanjoi



-       
Kaseng
Sanu’ding



-       
Dg
Sahawiyah



-       
Andi
Umar



-       
Darisa



-       
Andi
Husain Palanjoi



-       
Abdul
Wahid



 



2.    
Kepala
Desa



-       
H.Muh Yusuf. M



-       
Abdul
Samad



-       
Dies
Mahmud



-       
I
d r i s



-       
Raupun



-       
Mansyur



-       
Maming



-       
Usman  II



-       
Andi
Patarai Noor



-       
Hj.
Darmah Nur



-       
Sudirman.
I.



 



Dalam perkembangnnya Desa Lero
sudah 2 ( Dua ) kali dimekarkan yakni pada Tahun  1987 
Desa Wiringtasi, kemudian Pada Tahun 1995 Desa Ujung Labuang. Di dalam
struktur Pemerintahan Di Desa Lero terdapat Badan Permusyawaratan Desa ( BPD )
sebagai Mitra dalam pelaksanaan Pembangunan Di Desa Lero.



 



A.     
Geografis
dan Demografis Desa Lero



Desa Lero adalah
salah satu Desa yang ada di Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang yang luasnya ± 47
Ha  yang mempunyai batas wilayah sebagai
Berikut :



-       
Sebelah
Utara Desa Ujung Labuang



-       
Sebelah
Timur Teluk Parepare



-       
Sebelah
Selatan Selat Makassar



-       
Sebelah
Barat Desa Wiring Tasi.



Adapun jarak dari
Ibukota Kecamatan  17 Km sedangkan jarak
dari Ibukota Kabupaten 37 Km dan jarak dari Ibukota Propinsi 215 Km mempunyai
Ketinggian tanah dari permukaan laut 3 Meter.Dengan panjang pantai ± 2 Km. terdiri
atas daerah pemukiman penduduk 85 %.Dan selebihnya adalah lahan kebun.



Keadaan
Wilayah Desa Lero dalam hal ini Daerah bibir pantai setiap Tahunnya dikontrak
Abrasi dan bibir pantai terkikis hingga 5 meter kedaratan atau pemukiman
penduduk bahkan 3 ( tiga ) Tahun terakhir ini Rumah penduduk yang ada di bibir
pantai sudah beberapa unit  digusur
diakibatkan terkena Abrasi yang disebabkan oleh pasangnya air Laut pada musim
Barat.



 



Desa
Lero terdiri dari 3 ( Tiga ) Wilayah Dusun 
yakni :



-       
Dusun
Adolang



-       
Dusun
Ujung Lero



-       
Dusun
Butung



 



B.     
Keadaan
Penduduk



       Sebelum Desa Lero dipecah menjadi 3 Desa ( Desa Wiringtasi dan
Desa Ujung Labuang ) Tahun 1987 Penduduk Desa Lero berjumlah ± 14.500 Jiwa.
Data Jumlah Keadaan
Penduduk Desa Lero (Tahun 20
23
) s
ebagai berikut.



              Jumlah Penduduk                             =    6820
Jiwa 



-       
Laki-laki                                                =    3383
Jiwa



-       
Perempuan                                 =   
3
437 Jiwa



Jumlah KK                                 =    1813
KK



Jumlah KK Pra Sejahtera                 =    1200
KK



              Jadi
jika dikalkulasikan penduduk Desa Lero 80 % terdiri dari Keluarga Kurang Mampu
(Pra Sejahtera).



 



C.     
Tingkat
Pendidikan



     Pada
Dasarnya masyarakat/penduduk Desa Lero adalah termasuk dalam kategori
masyarakat modern dan bukan masyarakat primitif dalam artian rata-rata
masyarakat Desa Lero pada umumnya telah mengikuti perkembangan Zaman, teknologi
yang tidak jauh beda dari masyarakat dikota karena dipengaruhi oleh situasi
Kota Parepare yang bersebelahan dengan Lero dimana juga sebagian aktifitasnya
bergantung disitu, tetapi tidak dapat dipungkiri taraf tingkat pendidikan masih
sangat kurang.



       Tarap Jenjang Pendidikan Penduduk Desa
Lero usia 6 Tahun Keatas dapat dirinci S
ebagai
berikut
:



-       
Buta
Huruf                                                           =    
10     orang



-       
Tamat
SD                                                             =   
500
   orang



-       
Tamat
SLTP                                                         = 
  850    orang



-       
Tamat
SLTA                                                        = 
  750    orang



-       
Tamat
Diploma                                                    =    
12     orang



-       
Tamat
S1                                                              =    1
20    orang



-       
Tamat S2                                                              =      15   
orang



      Dari sekian banyak penduduk yang ada di
Desa Lero rata-rata mempunyai pendidikan setingkat SLTP hal ini disebabkan
karena disamping keadaan Ekonomi Keluarga yang tidak mampu membiayai Pendidikan
anak mereka ketingkat lebih tinggi juga disebabkan karena Jarak sarana
pendidikan cukup jauh dari Desa Lero, makanya banyak Tamatan SLTP yang tidak
dapat melanjutkan Pendidikannya kejenjang labih tinggi.



              Adapun Sarana Pendidikan Yang ada
s
ebagai berikut :



-       
Tingkat
PAUD                  =  1 
buah      dengan Jumlah murid    =  
30  orang



-       
Tingkat
TK                       =  2 
Buah     dengan jumlah murid    =     
150  orang



-       
Tingkat
SD                       =  4 
buah      dengan jumlah murid    =  
900 orang



-       
Tingkat  SLTP                  =  1 
buah      dengan
jumlah murid     =   
500  Orang



-       
Tingkat
SMK                   =  1
Buah       dengan
Jumlah murid    =     
250 Orang



   Adapun Sekolah Dasar tersebut daya tampung siswa sangat padat
karena dari Jumlah Muridnya sangat banyak 
sementara Ruang kegiatan Belajar terbatas rata-rata dalam satu Kelas
terdiri dari 40 – 50  siswa.



 



D.      Keadaan Kesehatan





     Tingkat Kesehatan
masyarakat Desa Lero masih jauh dari standar 
dimana  sesuai dengan penelitian
yang dilaksanakan oleh Mahasiswa UNHAS bahwa tingkat kesehatan Masyarakat Desa
Lero masuk dalam kategori Desa Persiapan Menuju Sehat. Hal ini disebabkan
karena pemahaman dan kesadaran Penduduk terhadap pentingnya Kesehatan masih
minim, utamanya kesehatan Ibu dan Anak, yang mana sejak Tahun 2007 sampai tahun
2010 setiap Tahun terdapat Balita yang mengidap Gizi Buruk. Begitu juga Tingkat
Kelahiran Di Desa Lero masih sangat Tinggi disebabkan Banyaknya Keluarga yang
tidak memahami pentingnya Program Keluarga Berencana untuk menciptakan
kesejahteraan Keluarga.



        Disamping itu Beberapa jenis Penyakit
juga  diderita oleh Masyarakat Desa Lero
diantaranya:



-   
Paru-Paru



-   
Demam
Berdarah



-   
Diare



-   
Diabetes Melitus



-   
Asma



              Adapun Prasarana / Pelayanan Kesehatan yang ada Di
Desa Lero
:



-       
POSYANDU                 5 Buah



-       
PUSKESMAS               1 Buah



 



E.      Mata Pencaharian Masyarakat Desa Lero





       Karena
Desa Lero berada diwilayah Pesisir Pantai serta dikenal sebagai Masyarakat
Bahari maka sumber Penghasilan atau mata pencaharian penduduknya mayoritas
sebagai Nelayan dan penghasilan mereka bersumber dari hasil laut,  disamping itu juga ada sebagian masyarakat
yang mempunyai profesi lain selain Sebagai Nelayan.



       Adapun Jenis
Mata Pencaharian Masyarakat Desa Lero umur 17 s/d 60 Tahun sbb



-       
Pemilik Usaha Perikanan                                    =    30       Orang



-       
Nelayan                                                                =   300      Orang



-       
Buruh Usaha Perikanan                                       =    270     Orang



-       
Karyawan Perusahaan Swasta                             =     4        Orang



-       
Karyawan Perusahaan Pemerintah                      =     5        Orang



-       
Karyawan  Perusahaan Perkebunan                    =     572     Orang



-       
Buruh Perkebunan                                               =     237     Orang



-       
Pemilik Usaha Perkebunan                                 =   
1110    Orang



-       
Tukang
Batu                                                        =    
30       Orang



-       
PNS                                                                      =     50       Orang



-       
Buruh Swasta                                                       =     220     Orang



-       
Pembantu Rumah Tangga                                    =       3       Orang



      Dari Jenis Mata Pencaharian tersebut
diatas, di Desa Lero terdapat sekaligus telah terbentuk beberapa kelompok
profesi yang berhubungan dengan Pekerjaan masyarakat Desa Lero yang bertujuan
memaksimalkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan penghasilan.



              Adapun Kelompok profesi yang ada
di Desa Lero s
ebagai berikut
:



1.    
GAPOKTAN
Yakni Gabungan Kelompok Tani Nelayan



2.    
H
N S I  Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia



3.    
Kelompok
Usaha Tenun Tradisional



4.    
Kelompok
Wanita Nelayan Desa Lero



5.    
Kelompok
Pemintalan Tali Bekas



6.    
Kelompok
Pa’jujung ( Penjual Ikan Jalan Kaki keliling )



7.    
Kelompok
Peternak Ayam dan Kambing.



8.    
Kelompok
Usaha Kue Tradisional.



9.    
Kelompok
Usaha Perbengkelan.



10. 
Kelompok
Usaha Abon Ikan



11. 
Kelompok
Usaha Menjahit



12. 
Kelompok
Usaha Pengasapan ikan.



      Walaupun Kelompok Profesi telah ada dan
terbentuk di Desa Lero, namun Kenyataannya tujuan dan harapan yang ingin
dicapai dari adanya Kelompok tersebut belum maksimal dan dampaknya bagi
peningkatan Taraf hidup Masyarakat sangat kecil, hal ini disebabkan karena
tidak berjalannya fungsi dan manajemen serta koordinasi kelompok tersebut
karena banyaknya faktor yang jadi penghambat dimana  salah satunya adalah kurangnya  modal yang dimiliki sekaligus tidak adanya
pihak ketiga sehingga kelompok yang sudah ada perkembangannya menjadi Stagnan.



      Disamping kelompok Profesi tersebut diatas
terdapat juga Kelompok/ organisasi Kepemudaan / Wanita dan Organisasi Keagamaan
, antara Lain  :



-       
PKK



-       
LKD



-       
HIPMIL



-       
Karang
Taruna



-       
Remaja
Masjid



-       
Kelompok
Pengajian



-       
Posyandu



-       
Rukun Tetangga (RT)



-       
Rukun Warga (RW)



-       
Badan Usahan Milik Desa (BUMDES)



-       
Lembaga Adat



-       
Forum Komunikasi Kader Pemberdayaan Masyarakat



 



F.    
Potensi Usaha Desa Lero





       Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten
Pinrang  merupakan Desa Pesisir Pantai
dimana masyarakatnya mayoritas bermata pencaharian sebagai Nelayan yang mana
berimplikasi kepada Tingkat kondisi Ekonomi Keluarga penduduk dan tidak
dipungkiri bahwa Mayoritas Penduduk Desa Lero Barada dibawah garis Kemiskinan (
dari 1
472 KK terdiri dari 80 %
Keluarga Pra Sejahtera).

Tingkat
Kemiskinan dapat dikurangi dengan cara memberdayakan beberapa Bidang maupun
Usaha Kelompok yang ada di Desa Lero diantaranya sebagai berikut :



 



1.    
Bidang Kesehatan



           Tingkat Kesehatan Masyarakat  Desa Lero juga sangat rendah disamping karena
ada yang kurang memahami tentang kesehatan juga disebabkab karena Faktor
Ekonomi yang kurang tersebut.



           Program/Kegiatan yang sangat dibutuhkan dibidang kesehatan
Antara lain :



a.     
Pengadaan WC/ Jamban Keluarga Miskin terdiri dari
800 KK/ unit



      Mayoritas
Penduduk walaupun ada yang memahami pentingnya kesehatan tapi karena kondisi
ekonomi sehingga mereka tidak mempunyai kemampuan untuk mengadakan/ membuat WC
di Rumah masing-masing dan kebanyakan dari mereka membuang Hajat ( Air Besar )
di Pinggir laut, dimana kondisi ini sangat mengganggu kenyamanan dan kesehatan
lingkungan sekaligus berdampak pada timbul dan berkembangnya berbagai jenis
penyakit.



      Jadi pengadaan
WC
/JAMBAN keluarga sangat
berguna dan bermanfaat bagi masyarakat Desa Lero.



b.    
Pemberian PMT ASI ( Makanan Tambahan ASI )



      Angka Kelahiran di Desa Lero Cukup tinggi ( Balita di Desa Lero
+ 950 orang ) hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya KB, dimana selain dipicu dari tingkat pendidikan yang rendah juga
karena  tingkat Ekonomi keluarga yang
kurang mampu. Kebanyakan Balita di Desa Lero menderita kurang gizi bahkan setiap  tahun dalam kurung waktu 5 tahun terakhir ini
banyak yang menderita gizi buruk hal ini disebabkan karena selain faktor
tersebut diatas juga karena pola asuh yang kurang dari Orang tua. Olehnya itu
pemberian makanan pendamping ASI diposyandu sangat dibutuhkan untuk menunjang
dan meningkatkan gizi anak Balita di Desa Lero.



c.     
Pemberdayaan Masyarakat ( Perindustrian/Perdagangan
)



      Penduduk Desa
Lero selain bermata pencaharian sebagai Nelayan ada juga penduduk yang dalam
memenuhi Kebutuhan hidup keluarganya juga banyak yang mempunyai potensi usaha
yang dapat digalakkan dan dikembangkan yang juga ada kaitannya/ hubungannya
dengan usaha perikanan tersebut.Adapun Program kegiatan yang bisa diberdayakan
antara lain :



1.    
Modal usaha Kelompok tenun Kain/Sarung Sutera



Usaha Industri Kerajinan Tangan Rumah tangga yang bisa membantu  Pendapatan ekonomi keluarga yang juga dapat
dikembangkan yakni Usaha Tenun Kain/sarung Sutera Mandar dimana terdapat banyak
wanita +450 orang yang menggeluti usaha / bidang ini, namun masalahnya
kurang berkembang karena disamping teknologi yang dipergunakan sangat sederhana
juga  modal operasional sangat kurang dan
juga karenapemasaran hasil produksi yang sangat terbatas dan sempit.



Olehnya itu modal usaha, teknologi sekaligus Pemasaran yang luas
sangat diharapkan demi kesinambungan dan kelancaran usaha ini
.



2.     Usaha
Pemintalan Tali Bekas



Selain usaha yang
disebutkan diatas ada pula sebagian kelompok masyarakat  6 Kelompok terdiri dari + 250 Orang tenaga
kerja yang berusaha bergerak dibidang Pemintalan tali bekas dimana hasil
produksinya berkaitan erat dengan mata pencaharian para Nelayan. Tali bekas
tersebut diolah dan dipintal kembali menjadi tali utuh yang kemudian
dipergunakan  oleh para Nelayan untuk
membuat sangkar Ikan diperairan lepas ( kedalaman laut ). Tali bekas ini ini
diperoleh dan didapatkan dengan cara dibeli di wilayah Pulau Kalimantan dengan
harga kiloan. Perkembangan Usaha kelompok ini juga berjalan lamban karena
kurangnya pembinaan sekaligus Kurangnya modal operasional usaha tersebut.



3.     Modal Usaha
Pengolahan Kue Tradisional dan Abon Ikan



Usaha ini juga banyak
diminati oleh sebagian penduduk yang ada Di Desa Lero, walaupun jumlah
produksinya sedikit tapi hasilnya sedikit banyak membantu pendapatan ekonomi
keluarga.Adapun jumlah Usaha Pengolahan sekaligus Penjual Kue Tradisional + 220
Orang.



Khusus untuk
Pengolahan/Pembuatan abon Ikan Di Desa Lero memang sangat berpotensi untuk
dikembangkan karena Kondisi Alam dan sumber daya yang ada sangat mendukung
usaha ini untuk diberdayakan  jadi perlu
perhatian dan pembinaan yang berkelanjutan dan berkesinambungan utamanya
Penerapan Teknhologi Pengolahan/ pembuatan abon ikan ini
.



4.     Pengasapan
Ikan



Di Desa Lero terdapat
juga sekelompok orang yang juga berusaha bergerak dibidang perikanan yakni
Pengolahan Hasil tangkapan ikan para Nelayan sebelum di pasarkan ke konsumen
dalam hal ini Usaha Pengasapan Ikan Segar.



 



2.    
Bidang Perikanan



           Desa
Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang 
merupakan Desa Pesisir Pantai dimana masyarakatnya mayoritas bermata
pencaharian sebagai Nelayan yang juga berpengaruh kepada Tingkat kondisi
Ekonomi Keluarga dan tidak dipungkiri bahwa Mayoritas Penduduk Desa Lero Barada
dibawah garis Kemiskinan ( dari 1538 KK terdiri dari 80 % Keluarga Pra
Sejahtera). Hal ini disebabkan beberapa faktor.



           Tingkat Kemiskinan dapat dikurangi dengan cara
memberdayakan beberapa Bidang maupun Usaha Kelompok yang ada di Desa Lero
diantaranya sebagai berikut Adapun Program kegiatan yang bisa diberdayakan
antara lain :



a.      Pengadaan Kapal
Pemancing dan Perahu Katintin



     Penduduk
yang bermata pencaharian sebagai Nelayan + 1.100 KK ,tetapi kebanyakan
penduduk/ keluarga tersebut belum dan tidak mempunyai sarana penangkapan ikan
dalam hal ini Kapal Motor Nelayan Pemancing dan perahu Katinting. Dari Sekian
kepala Keluarga yang bermata pencaharian sebagai Nelayan ada + 900 Kepala Keluarga yang rata-rata
sebagai awak  yang belum memliki kapal
sendiri dimana selama ini mereka dalam beraktifitas di Perairan Cuma ikut
diperahu/ kepal Nelayan para pengusaha/ Punggawa  dimana hasil hasil tangkapan yang mereka
dapatkan Cuma sekian persen untuk mereka karena harus dipotong/ dibagi dulu.



     Olehnya itu apabila mereka mempunyai sarana penangkpan ikan
sendiri tentu hasilnya lebih besar mereka dapatkan jika dibandingkan ikut atau
memakai perahu /Kapal orang lain dan akan berpengaruh terhadap peningkatan
ekonomi kelurga mereka.



 



b.     Modal Usaha
Penjual ikan Keliling ( Pa’Jujung )



     Dalam
upaya  memasarkan hasil tangkapan ikan
yang didapat oleh para Nelayan dilaut, maka terdapatsebagian kelompok
masyarakat yang didominasi oleh 
Kaumperempuan +  120  orang yang lebih dikenal dengan istilah
Pa’jujung ( Penjual Ikan ) tersebut. Kelompok ini memasarkan atau  menjual ikan kekonsumen dengan cara keliling
dari satu kampung kekampung lain dengan 
jalan kaki namun  ada juga yang
memakai kendaraan  roda 2 baik itu  sepeda maupun motor. Kelompok ini sukar
sekali berkembang dan keadaannya statis disebabkan karena kurangnya modal Dana
yang mereka miliki           



 



3.     Bidang Fisik
Prasarana Desa



           Pelaksanaan
pembangunan dalam hal ini Infrastruktur 
yang  ada di Desa Lero selama  ini memang telah dilaksanakan baik yang
didanai oleh Swadaya Masyarakat, Pemda Maupun Proyek pemberdayaan Namun karena
keterbatas Dana sehingga masihbanyak yang belum terpenuhi dimana masih sangat
di butuhkan oleh Masyarakat untuk meningkatkan Derajat Ekonomi Keluarga menjadi
lebih baik.



           Adapun Program maupun kegiatan Pembangunan Fisik yang
dimaksud antara lain:



a.     
Pembangunan Tanggul Pengaman Pantai ( TALUD )



     Sehubungan dengan Kondisi Alam yang terjadi  disetiap
Musim Barat di setiap tahun dimana Desa Lero termasuk dan berada di daerah
Pantai  pada saat tersebut air laut
mengalami pasang sehingga ombak laut menghantam pantai juga karena secara
geografis letaknya berdekatan/ berdampingan dengan Kota Niaga Parepare sehingga
banyak Kapal-kapal besar yang keluar masuk Kota Parepare melalui perairan
sehingga ombaknya sampai kepesisir pantai Desa yang mengakibatkan pengikisan
pantai ( Abrasi ) dan mengancam Perumahan Penduduk bahkan tahun terakhir ini
banyak rumah yang ada disekitar pantai tersebuttelah digusur.



Perlu kami sampaikan
bahwa disetiap tahun daratan  yang ada
disekitar bibir pantai Desa Lero terkikis 2-3 meter dan hal ini sangat
mengancam perumahan penduduk jika tidak secepatnya diantisipasi dan salah
solusi yang tepat  adalah dengan
Membangun Tanggul Pengaman Pantai ( Talud ) panjang bibir Pantai Desa Lero 1500
meter.



b.     Pembangunan
Rumah/ Pemukiman Nelayan Layak Huni



Masyarakat Desa Lero
yang  80% berada dibawah garis kemiskinan
( Pra Sejahtera) sebagian dari mereka ada + 350 KK belum mempunyai tempat tinggal dan 
hidup bersama Keluarga di bawah kolom Rumah Panggung Pendudu,  hal ini disebabkan  Karena padatnya populasi penduduk dan
kemampuan Daya beli masyarakat yang semakin menurun dengan inkapita yang tidak
menentu akibat mata pencaharian masyarakat yang sifatnya musiman yang
tergantung pada alam yakni bermata pencaharian sebagai Nelayan sehingga banyak
diantara mereka tidak  mampu memenuhi
kebutuhan papan ( Perumahan yang lay).



c.      Rehab/perbaikan
Sarana Jalan Desa ( Pelebaran Jalan dan Penyempitan Selokan)



Sehubungan
dengan kondisi jalan yang cukup  sempit
sehingga Kendaraan yang lewat tidak bisa berpapasan dan juga  sekarang ini tingkat kerusakan jalan akibat
sering dilaluinya kendaraan roda enam/ truk mengangkut bahan material bangunan
dengan bobot kendaraaan yang cukup berat sementara Jalanan menggunakan Paving
blok sehingga banyak titik selokan / parit jalan yang rusak karena lebarnya
sehingga perlu dilakukan penyempitan selokan tersebut sehingga jalanan juga
bertambah lebar.Panjang volume Jalanan 2000 meter  dan sementara panjang volume selokan 4000
meter.



d.    
Perintisan Jalanan Baru



     Program / kegiatan ini cukup mendesak dilaksanakan sehubungan
karena kepadatan populasi penduduk yang sangat tinggi yang tidak berbanding
lurus dengan wilayah  perkampungan/ pemukiman
penduduk Desa yang sempit sehingga perlu dilakukan pembuatan/ perintisan jalan
baru guna menampung dan membuka pemukiman rumh penduduk juga bisa berfungsi
untuk menghubungkan dengan desa tetangga yang dengan sendirinya dapat
memperlancar transportasi jalan dan mobilisasi ekonomi rakyat juga mengangkut
hasil usaha penduduk.Adapun volume jarak Perintisan jalan Baru yang dimaksud
sekitar 800 meter.



e.     
Pembangunan 
Pasar Tradisional



     Pembangunan Pasar tradisional Desa Perlu dilanjutkan karena
disamping sekarang ini telah ada tapi karena kondisi sudah tidk layak dan
perkembangan sekaligus kuantitas pasar semakin padat disebabkan  Karena tingkatkebutuhan masyarakat akan
kebutuhan hidup sehari-hari semakin banyak dan tinggi.



Jarak Desa dengan ibu
kota kecamatan sangat jauh terlebih jarak ke ibu kota Kabupaten sehingga
penduduk mengalami kendala/ kesulitan dalam mengakses kebutuhannya, juga pasar
tradisonal bisa menggenjot Income penduduk Desa meningkat.



Pasar yang sekarang ini
telah ada merupakan salah satunya Pasar yang ada di kecamatan dimana para
Pedangang dan pembelinya disamping penduduk Setempat juga banayk bersal dari
Desa Tetangga bahkan dari Kabupaten lain.Sehingga diperlukan kelanjutan
pembangunan pasar tradisional tersebut.



 



4.    
Bidang Pendidikan



           Tidak bisa dipungkiri bahwa Tingkat dan Derajat Ekonomi
suatu  masyarakat tidak terlepas dari
tingkat atau derajat Sumber daya Manusia dalam hal ini pendidikan masyarakat
itu harus memadai, hal ini pula  yang
terjadi di Masyarakat Desa Lero Kecamatan Suppa.



           Derajat dan tingkat pendidikan yang ada masih sangat
kurang dan rendah hal ini disebabkan bebarapa faktor yakni selain pemahaman
orang tua tentang pentingnya pendidikan masih rendah, tingkat ekonomi keluarga
yang tidak mampu  juga karena faktor
sarana dan prasarana yang yang mendukung akan hal tersebut kurang atau tidak
ada.



           Untuk meningkatkan Derajat pendidikan sekaligus
memingkatkan kualitas Sumber daya Manusia di Desa Lero perlu adanya
program/kegiatan yang bisa di lakukan yakni antara lain:



a.     
Penambahan Ruang Kelas Belajar ( RKB ) untuk TK/RA,
SD/ MI, SLTP/MTS



     Sekolah yang ada di
Desa Lero terdiri dari :



-       
TK                    = 2 ( Dua )  unit



-       
SD/
MI              = 4 ( empat )  unit



-       
SLTP/MTS         = 1 
( satu )  unit



-       
SMK                   = 1 ( satu ) unit



    Sekolah tersebut sekarang ini ( SD Dan MTS ) belum memadai sarana
prasarananya dalam hal ini Keadaan Ruang kerja Belajar ( RKB ) tidak sesuai
dengan ketentuan yakni jumlah siswa dalam satu kelas rata-rata ditempati
belajar  sampai 50 orang  anak/siswa.



    Olehnya itu Penambahan Ruang Kerja Belajar pada Sekolah-sekolah
tersebut sangat diperlukan dalam rangka memenuhi keinginan dan animo masyarakat
untuk menyekolahkan anaknya disekolah sebagai pertanda adanya kesadaran
masyarakat akan pentingya pendidikan sekolah untuk anak-anak mereka.



 



5.    
Bidang Peternakan



           Masyarakat
Desa Lero selain mayoritas bermata pencaharian di Biang Perikanan/ Nelayan ada
juga sebagian Kelompok masyarakat yang menggeluti usaha dibidang peternakan
baik itu ternak Ayam maupun Ternak Kambing.



a.     
Peternakan Ayam



     Potensi
peternakan ayam dalam hal ini Ayam Pedaging cukup tinggi ini dibuktikan dengan
antusiasnya sebagian warga menggeluti bidang ini sekitar 2 Kelompok (Ternak Ayam Pedaging) yang menggeluti bidang ini, namun
kebanyakan dari mereka dalamberusaha bekerjasama/ bermitra dengan perusahaan
dimana  perusahaan tersebut yang
mensuplai semua kebutuhan yang diperlukan termasuk juga perusahaan yang
memasarkan hasil peternakan mereka ke konsumen daam hal ini masyarakat cuma
menyediakan kandang dan memelihara ternak tersebut jadi hasil maupun keuntungan
yang diperoleh tidak sebanding dengan jerih payah mereka hal ini disebabkan
mereka tidak bisa berusaha mandiri karena keterbatasan  dana dan biaya operasional dalam beternakan
karena Dana atau biaya yang diperlukan cukup besar.Olehnya itu sangat perlu di
berikan Bantuan Baik modal usaha peternakan maupun Bimbingan kepada kelompok
tersebut.



b.    
Peternakan Kambing



     Selain
masyarakat menggeluti usaha peternakan ayam, banyak jiga yang menggeluti peternakan
Kambing namun kebanyakan dari mereka berusaha secara tradsional dan beternak
sendiri-sendiri di Rumah tangga masing-masing dengan kuantistas/ jumlah ternak
yang sedikit tanpa pernah ada Bantuan dan Penyuluhan dalam hal beternak
kambing.



     Jadi usaha ini sangat membutuhkan bantuan modal usaha dan biaya
operasional sekaligus Bantuan Pembinaan tentang cara beternak yang benar.

Layer 1